Jumat, 28 April 2017

Cipasung Parameter Pesantren Jawa Barat

Tasikmalaya, Dian Umbara Tegal. Eskpedisi Islam Nusantara dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mendatangi berbagai tempat yang menjadi sentra peradaban Islam di sekitar Tasikmalaya.

Setelah mengunjungi situs Lingga Yoni di Indihiang, Masjid Agung Manonjaya dan makam Syekh H. Abdul Muhyi Pamijahan, tim Ekspedisi Islam Nusantara singgah di Pondok Pesantren Cipasung, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna Rabu (27/4) siang.

Cipasung Parameter Pesantren Jawa Barat (Sumber Gambar : Nu Online)
Cipasung Parameter Pesantren Jawa Barat (Sumber Gambar : Nu Online)


Cipasung Parameter Pesantren Jawa Barat

Kedatangan Tim Ekspedisi Islam Nusantara ini disambut Pengasuh Pondok Pesantren Cipasung, KH Abun Bunyamin Ruhiat. Tampak hadir pula pengurus PCNU Kabupaten Tasikmalaya dan segenap dewan pengurus Pondok Pesantren Cipasung.

Ketua rombongan Ekspedisi Islam Nusantara Imam Pituduh mengatakan keberadaan Pondok Pesantren Cipasung sangat vital. Eksistensinya sebagai salah satu lembaga pendidikan salafiyah memiliki peran penting dalam perjalanan membangun peradaban umat Islam.

Dian Umbara Tegal

"Jika berbicara NU di Jawa Barat, Pondok Pesantren Cipasung adalah salah satu corong atau parameternya," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU ini.

Dian Umbara Tegal

Tim Ekspedisi Islam Nusantara sendiri, lanjut Imam, merasa harus dan wajib untuk menggoreskan rekan jejak perjalanan Pondok Pesantren Cipasung. Sebab keberadaannya merupakan salah satu warisan terpenting dalam khazanah kekayaan Islam di Nusantara.

"Ekspedisi Islam Nusantara ini sebuah perjalanan jurnalistik. Maka Pondok Pesantren Cipasung adalah satu yang menjadi bagian di dalamnya," kata Imam. (Imam Mudofar/Abdullah Alawi)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/67686/cipasung-parameter-pesantren-jawa-barat

Rabu, 08 Februari 2017

Pergunu Purwakarta Isi Pelantikan dengan Lokakarya Kurikulum 2013

Purwakarta, Dian Umbara Tegal. Pimpinan Cabang Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kabupaten Purwakarta melaksanakan pelantikan pengurus baru masa khidmah 2013-2018 di Kampus Al-Irfan Purwakarta, Jawa Tengah, Ahad (30/11).

Selain bedah buku Aswaja, Workshop Kurikulum 2013 juga mewarnai acara pengukuhan tersebut. Kegiatan tersebut dihadiri antara lain oleh Ketua Pimpinan Pusat Pergunu Drs. KH. Mujib Qulyubi, Wakil Ketua Pergunu Jawa Barat H. Saepuloh, Wakil Bupati Purwakarta Drs. H. Dadan Koswara, Ketua PCNU Purwakarta KH. Sholeh.

Pergunu Purwakarta Isi Pelantikan dengan Lokakarya Kurikulum 2013 (Sumber Gambar : Nu Online)
Pergunu Purwakarta Isi Pelantikan dengan Lokakarya Kurikulum 2013 (Sumber Gambar : Nu Online)


Pergunu Purwakarta Isi Pelantikan dengan Lokakarya Kurikulum 2013

Dalam sambutannya Ketua Pergunu Purwakarta Drs. Taopik Mujib berjanji akan membuat Pergunu Purwakarta bisa lebih maju dan eksis daripada PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Menurutnya, Pergunu Purwakarta akan senantiasa meningkatkan kualitas guru karena guru sebagai aktor utama dalam implementasi kurikulum.

Sementara itu, Saepuloh menjelaskan bahwa basis massa Pergunu lebih luas dari pada PGRI, karena bukan hanya guru formal yang masuk di Pergunu melainkan guru non formal seperti ustadz dan kiai-kiai pondok pesantren.

Dian Umbara Tegal

"Dalam rangka meningkat kualitas pendidikan, Pergunu Jawa Barat terus roadshow melakukan workshop kurikulum 2013 dan strategi serta metode pembelajaran ke daerah-daerah," tutur Saepuloh.

Sementara itu Wakil Bupati Purwakarta Drs. H. Dadan Koswara, mengatakan, tahun depan urusan pendidikan SMA/SMK akan ditarik oleh Gubenur dari urusan siswa sampai urusan gurunya.

Dian Umbara Tegal

Dalam kaitannya dengan pelestarian budaya lokal, Wakil Bupati Purwakarta mengatakan, "Guru harus bisa memperkenalkan budaya lokal ke siswa sehingga budaya kita bisa lestari" tutur Dadan. (Red: Mahbib)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/56065/pergunu-purwakarta-isi-pelantikan-dengan-lokakarya-kurikulum-2013

Dian Umbara Tegal

Rabu, 01 Februari 2017

Cara Berpikir ala NU-lah yang Bikin Kejang Para Pendamba Jargon TBC

Dian Umbara Tegal - Tidak salah jika Tuhan menciptakan idiom Nusantara sebagai nama terindah untuk kepulauan ini. Dan tidak pula suatu kebetulan bila pathok negeri nusantara adalah NU-Santri-Tentara.

NU merupakan ikatan ulama seluruh kawasan di negeri ini, yang penuh dedikasi telah dan terus berjuang berlumur lumpur keringat bahkan darah untuk memahamkan manusia kepulauan ini akan Allah SWT sebagai Sang Pencipta dan kewajiban kehambaan kita pada-Nya.

Cara Berpikir ala NU-lah yang Bikin Kejang Para Pendamba Jargon TBC - Dian Umbara Tegal
Cara Berpikir ala NU-lah yang Bikin Kejang Para Pendamba Jargon TBC - Dian Umbara Tegal


Cara Berpikir ala NU-lah yang Bikin Kejang Para Pendamba Jargon TBC

Santri sebagai simbol para pembelajar yang penuh kesungguhan, akhlakul karimah, takdzim pada guru, dan pelaksana kebijakan yang terpercaya. Tentara adalah simbol keberanian dan manunggal tekad dalam membela tanah air.

Tidak mokal, bila cara berpikir ke-NU-anlah (tidak harus dimiliki warga nahdhiyin) yang mampu menjadi pemersatu bangsa. Ormas lain dengan mudahnya mengatakan tahayul, bid'ah, churafat, bahkan sekarang muncul cap thogut, kafir, sesat, syi'ah dan stempel dehumanisasi lain yang sangat menyesakkan dada, ora penak, nglarani ati, ndudut emosi.

Siapa yang mau dituduh kafir, bahkan orang kafir sekalipun? Pemberantasan tahayul, bid'ah, churafat (TBC) yang yang dialamatkan kepada ormas besar ini telah melukai masyarakat setempat pemangku tradisi dan budaya.

Budaya adalah pedalaman hati orang banyak, menistakan kebudayaan berarti melukai hati orang banyak. Kyai, Pesantren dan NU tidak pernah menggunakan jargon ini. Dengan jiwa yang besar dan hikmah, mereka ngemong, bahkan berani nggeget untu atau menahan diri dari perkataan yang menyakitkan hati masyarakat.

Seorang kyai mengatakan kepada seorang pemabuk yang ingin bertaubat, "Kamu ini sudah Islam, hanya kurang sholat." Lalu setelah pemabuk itu minta diajari cara shalat, dikatakannya, "Ya mandi dan wudhu, trus nanti saya ajari membaca syahadat". Sungguh hebat, seorang pemabuk mandi, wudhu dan kemudian membaca syahadat lalu shalat.

Sayangnya, para pegiat sekarang baru melihat puji-pujian dibilang bidngah, melihat orang tahlilan dibilang bidngah, ketemu orang ahli tafsir menjelaskan kecintaan pada sahabat Sayidina Ali kw dibilang syiah, ketemu orang melakukan ritual di pantai dibilang musyrik, ketemu orang rambut jagung dibilang kafir. Bagaimana mau memimpin orang nusantara, bila kagetan dan kepalanya penuh stigma?

Memang mungkin benar tuduhan itu, tapi dakwah yang mengutamakan akhlak akan menyimpan stempel itu di dalam dada dan tidak sekali-kali keluar dari mulutnya.

Ketika Jokowi minta restu mencalonkan diri sebagai pimpinan di negeri ini, maka almarhum Mbah KH Abdul Aziz Pacul Gowang pertama kali menguji akhlaknya, sebelum berbincang pribadi tentang konsep kepemimpinannya (keilmuan).

Karena Jokowi bukanlah Kyai, maka ia masuk kategori Santri. Dan seorang santri yang paling utama adalah akhlak qobla ilmu. Alhamdulillah negeri ini pernah dipimpin seorang kyai (KH Abdurrahman Wahid), dan kini seorang santri. Dengan akhlak santri, beliau mampu momong alam dan aneka kehidupan di tanah rimba kelapa ini.

Mari merawat Nusantara kita, tempat bunda kita dilahirkan, tempat kita berkarya dan kelak ditanam berkalang tanah. [Dian Umbara Tegal

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/cara-berpikir-ala-nu-lah-yang-bikin-kejang-para-pendamba-jargon-tbc.html

Senin, 02 Januari 2017

Jangan Tinggalkan Doa Berbuka Puasa Hanya Karena Haditsnya Dhaif

Dian Umbara Tegal - Doa dalam segala keadaan adalah boleh, dianjurkan dan sangat baik. Allah bahkan memerintahkan hambaNya untuk berdoa memohon kepadaNya. Allah mewahyukan:

Jangan Tinggalkan Doa Berbuka Puasa Hanya Karena Haditsnya Dhaif
Jangan Tinggalkan Doa Berbuka Puasa Hanya Karena Haditsnya Dhaif


وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Dan Rabbmu berkata, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS, Ghafir: 60)

Rasulullah saw bahkan mengajarkan umatnya untuk memanfaatkan waktu-waktu mulia guna berdoa agar doa tersebut lebih terkabul dan menghasilkan pahala lebih besar.

Ramadhan secara keseluruhan adalah mulia, hanya saja ada waktu-waktu yang lebih mulia dan mustajab untuk berdoa, di antaranya adalah saat berbuka puasa. Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ

Sesungguhnya setiap orang yang berpuasa ketika berbuka memiliki doa yang mustajab. (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Dalam berbagai riwayat disebutkan, setelah berbuka dengan beberapa butir kurma atau air, Rasulullah saw membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ

Duhai Allah, hanya untukMu aku berpuasa dan dengan rezekiMu pula aku telah berbuka. (Hadits Dhoif Diriwayatkan oleh Abu Dawud)

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الاْءَجْرُ إنْ شَاءَ الله

Dahaga telah sirna, urat-urat telah basah, dan insya Allah pahala pun telah diraih. (Hadits Hasan riwayat Abu Dawud)

Selain doa di atas, para sahabat juga mengarang doa sendiri saat berbuka. Karena itulah selain mengamalkan doa-doa yang diajarkan Nabi dalam berbagai riwayat, para sahabat juga mengarang doa sendiri ketika berbuka puasa. Sayidina ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash beliau setelah berbuka membaca doa berikut:

اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ

"Duhai Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan berkat rahmatMu yang meliputi segala sesuatu, tolong ampuni semua dosaku." (Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi)

Adapun Sayidina ‘Abdullah bin Umar bin Khatthab setelah berbuka beliau membaca doa berikut:

يَا وَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ اِغْفِرْ لِيْ

"Duhai yang Maha Luas ampunanNya, tolong ampuni aku." (Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi).

Karena itu sungguh aneh jika ada orang yang mengajak kita meninggalkan doa yang berasal dari Rasulullah saw hanya karena haditsnya dloif, sementara mayoritas ulama menganjurkan untuk mengamalkan Hadits Dhaif sehubungan dengan keutamaan amal saleh dan doa salah satu di antaranya. Bahkan dalam hal doa, menyusun doa sendiri saja dianjurkan selama berdoa kebaikan. [Dian Umbara Tegal]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/06/jangan-tinggalkan-doa-berbuka-puasa-hanya-karena-haditsnya-dhaif.html

Minggu, 27 November 2016

Pesantren Al-Quraniyy Peringati Haul Pendiri

Solo, Dian Umbara Tegal. Pondok Pesantren Al-Quraniyy Mangkuyudan Solo mengadakan peringatan haul pendiri pesantren, KH Ahmad Mustofa, Ahad (2/3). Acara yang digelar di kompleks pondok tersebut, dihadiri ribuan jamaah.

Usai pembacaan doa dan tahlil, Habib Syech bin Abdul Qadir as-Segaf bersama sejumlah ulama lain, memimpin para jamaah untuk membaca shalawat al-Barzanjiy.

Pesantren Al-Quraniyy Peringati Haul Pendiri (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Al-Quraniyy Peringati Haul Pendiri (Sumber Gambar : Nu Online)


Pesantren Al-Quraniyy Peringati Haul Pendiri

Dalam acara tersebut juga dibacakan manaqib KH Ahmad Musthofa. Diterangkan bahwa ulama yang biasa dipanggil dengan nama Mbah Daris ini merupakan seorang tokoh yang tekun dalam menekuni bidang agama, khususnya al-Quran.

Dian Umbara Tegal

Sebelum mendirikan pesantren, Mbah Daris pernah nyantri kepada sejumlah ulama, di antaranya KH Dimyathi Termas, KH Munawwir Krapyak, KH Manshur Popongan, KH Siraj, dan KH Muhammad Sulaiman.

Setelah wafatnya, pesantren Al-Quraniyy kini diteruskan oleh puteranya, KH Abdul Karim Ahmad.

Dian Umbara Tegal

Salah satu panitia, Imamul Faizin, menerangkan rangkaian acara haul ke-17 Mbah Daris ini sudah digelar sejak dua hari sebelumnya.Kemarin sudah diawali dengan khataman al-Quran dan ziarah ke makam Mbah Daris, terangnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/50555/pesantren-al-qurrsquoaniyy-peringati-haul-pendiri

Dian Umbara Tegal

Minggu, 13 November 2016

Ratusan Kitab Ajengan Sunda Diarak ke Pesantren Jabar

Bandung, Dian Umbara Tegal. Dian Umbara Tegal bekerja sama dengan Pengurus Pusat Lembaga Talif wa-Nasyr NU (LTN NU) mengarak ratusan kitab karya ajengan-ajengan Sunda ke pesantren-pesantren di Jawa Barat. Di antara karya-karya itu karangan Ajengan (KH )Tubagus Bakri Sempur (Purwakarta), KH Nuh Ad-Dawami (Garut), KH Wahab Muhsin (Tasikmalaya), KH Juwaini (Sukabumi), dan karya-karya ajengan lain.

Ratusan karya itu ditulis dalam bahasa Sunda berisi horison pengetahuan ajengan Sunda dari berbagai disiplin ilmu. Disiplin itu mulai fiqih, ushul fiqih, tasawuf, tauhid, nahwu, sharaf, tajwid, faroid, falak, dan biografi ulama. Cara menulis kitab itu ada yang prosa naratif dan syair atau nadzom.

Ratusan Kitab Ajengan Sunda Diarak ke Pesantren Jabar (Sumber Gambar : Nu Online)
Ratusan Kitab Ajengan Sunda Diarak ke Pesantren Jabar (Sumber Gambar : Nu Online)


Ratusan Kitab Ajengan Sunda Diarak ke Pesantren Jabar

Karya-karya itu diarak ke pesantren-pesantren mulai Ahad (26/5) sampai Kamis (30/5). Pesantren yang pertama dikunjungi adalah Raudlotul Huda di Desa Kelapa Sawit, Kecamatan Lakbok Kabuapten Ciamis, Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kota Banjar. Kemudian di empat pesantren Kabupaten Bandung, yaitu Pesantren Al-Falah 2 Nagreg, Darul Hikam Banjaran, Al-Burdah Soreang dan Miftahu Saadah Banjaran.

"Ternyata, karya-karya ulama Sunda itu banyak. Ini baru dari beberapa pesantren di beberapa kabupaten dan toko kitab. Jadi masih mungkin banyak karya tersimpan di pesantren-pesantren, jelas Ketua Panitia Syaifullah Amin.

Dian Umbara Tegal

Menurut Amin, kegiatan ini berupaya memperkenalkan kembali karya-karya pesantren kepada para santri, Juga sekaligus mencari informasi tentang naskah-naskah pesantren di Tatar Sunda, katanya.

Dian Umbara Tegal

Disamping itu, kata Redaktur Dian Umbara Tegal ini, mendorong para santri merawat, menghargai, meneladani dan melanjutkan tradisi menulis para santri.

Lebih jauh ia mengatakan, pesantren berdakwah tidak hanya dengan lisan dan tindakan, tapi dengan tulisan, Yang petama dan kedua cepat hilangnya, sementara tulisan lebih abadi, bisa sampai ke generasi selanjutnya, selama masih ada yang merawatnya, tambah santri Pesantren Ciganjur ini.

Pengarakan kitab ini dalam rangka Harlah ke-10 tahun Dian Umbara Tegal dengan tema "Menggerakkan Literasi Pesantren". Sebelumnya Dian Umbara Tegal telah menggelar Pidato Kebudayaan (Maret), dan Khutbah Teknologi (April) di gedung PBNU, Jakarta.

Penulis: Abdullah Alawi

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/44780/ratusan-kitab-ajengan-sunda-diarak-ke-pesantren-jabar

Jumat, 04 November 2016

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance

Yogyakarta, Dian Umbara Tegal. Maraknya kasus pelecehan, pemerkosaan, kekerasan, dan pengkerdilan atas perempuan yang tak kunjung usai di negeri ini membuat kader-kader perempuan PMII UIN Sunan Kalijaga merasa resah dan tergerak ingin melakukan gerakan baru, yang salah satunya dengan media seni.

Berangkat dari fakta itulah, Gerakan Gender Transformatif (Gerget) yang merupakan Lokus Perempuan PMII Komisariat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan drama musik teatrikal Women Arts Performance for Indonesia, yang akan dilaksanakan pada 27 Desember di Gedung Societet Militer Taman Budaya Yogyakarta (TBY) seperti dalam release yang dikirimkan ke Dian Umbara Tegal.

PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance (Sumber Gambar : Nu Online)


PMII Sunan Kalijaga Gelar Women Arts Performance

Acara ini akan menampilkan puluhan kader perempuan PMII dengan berbagai model tarian dan drama yang menggambarkan potret perempuan dengan dinamika persoalannya.

Dian Umbara Tegal

Acara ini bertujuan agar perempuan, khususnya kader-kader PMII mempunyai kepedulian terhadap nasib perempuan yang masih jauh dari keadilan dan sebagai upaya meneruskan perjuangan tokoh perempuan terdahulu yang telah berjuang untuk mengangkat harkat dan derajat kaum perempuan.

Harapannya, memalui media seni ini dapat memberikan spirit baru bagi generasi perempuan muda saat ini dalam menghadapi tatanan sosial yang ada, selain itu dengan adanya pementasan ini juga diharapkan bisa melestarikan sebagian kecil dari kekayaan kebudayaan bangsa di tengah-tengah kepungan gaya hidup budaya barat.

Dian Umbara Tegal

Redaktur: Mukafi Niam

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/41325/pmii-sunan-kalijaga-gelar-women-arts-performance

Dian Umbara Tegal

Minggu, 30 Oktober 2016

1000 Pendekar Pagar Nusa Siap Hadiri Kongres

Jakarta, Dian Umbara Tegal. Seribu pendekar Ikatan Pencak Silat (IPS) Nahdlatul Ulama atau Pagar Nusa siap menghadiri Kongres II Pagar Nusa yang akan berlangsung di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan Jawa Timur, pada (9-12/7) mendatang.

Menurut Sekretaris Umum Pagar Nusa M. Fathurohman, seribu orang yang akan hadir itu terdiri dari dua jenis peserta yaitu peserta penuh yang memiliki hak suara dan bicara pada kongres; dan peserta peninjau, yang memiliki hak bicara, saran, tapi tidak memiliki hak suara.

1000 Pendekar Pagar Nusa Siap Hadiri Kongres (Sumber Gambar : Nu Online)
1000 Pendekar Pagar Nusa Siap Hadiri Kongres (Sumber Gambar : Nu Online)


1000 Pendekar Pagar Nusa Siap Hadiri Kongres

Lebih jauh Fathurohman menjelaskan, peserta itu berasal dari Pengurus Wiilayah, dan Pengurus Cabang Pagar Nusa seluruh Indonesia, serta undangan.

Dian Umbara Tegal

Pengurus Wilayah Pagar Nusa sekarang sudah 21 wilayah dan 220 Pengurus Cabang. Peserta dari wilayah akan mendelegasikan 5 orang, sedangkan dari PC 3 orang, ujarnya.

Menurut Fathurohman, cabang-abang Pagar Nusa tersebar luas di seluruh Indonesia melalui jalur kiai-kiai di pesantren, masjid, dan cabang-cabang NU.

Dian Umbara Tegal

Setiap kiai di Nusantara, pada dasarnya adalah ahli beladiri silat. Mereka, selain ahli ilmu agama juga ahli beladiri. Dengan demikian, komunikasi pendirian PagarNusa pun melalui kiai dan pesantren, tambahnya.

Beberapa agenda yang akan digelar pada Kongres II Pagar Nusa bertema Meneguhkan Solidaritas dan Kepatriotan untuk Kewibawaan Bangsa yang Bermartabat ini adalah ceramah umum Menteri Pertahanan Republik Indonesia dengan tema Mempertegas Komitmen Kebangsaan; Partisipasi Pendekar Pagar Nusa dalam Rangka Menjaga Kewibawaan Bangsa Indonesia yang Bermartabat.

Kemudian sarasehan bertema Pencak Silat; Warisan Leluhur yang Hampir Punah? dengan narasumber Menteri Pariwisata RI, Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Ketua Umum PB IPSI dan Ketua Umum Pagar Nusa.

Selanjutnya, membahas dunia pengobatan yang akan menyandingkan Permadi dari pengobatan alternatif dan Kementerian Kesehatan RI dari sudut pandang pengobatan modern.

Agenda berikutnya adalah rapat-rapat komisi. Tapi sebelum itu, PBNU akan memberikan pengarahan mengenai Pagar Nusa; Partisipasi Kebangsaan dan ke-NU-an.

Redaktur: A. Khoirul Anam

Penulis : Abdullah Alawi

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/38627/1000-pendekar-pagar-nusa-siap-hadiri-kongres

Dian Umbara Tegal

Sabtu, 22 Oktober 2016

Innalillahi, Mbah Umar Syahid (Murid Syeikh Mahfudz Termas), Wafat

Dian Umbara Tegal - Keluarga besar Pondok Tremas Berduka. Umat Muslim Indonesia kembali ditinggalkan oleh salah satu ulama sepuhnya, simbah KH. Umar Syahid (Mbah Umar Tumbuh). Beliau adalah santri sepuh Pondok Tremas, wafat sowan ila hadratillah malam ini pukul 22.50 WIB di RSUD Pacitan, Jawa Timur, Rabu (4/01/2017) malam dalam usia 114 tahun. Innalilahi wa inna ilailaihi rojiun.

Innalillahi, Mbah Umar Syahid (Murid Syeikh Mahfudz Termas), Wafat
Innalillahi, Mbah Umar Syahid (Murid Syeikh Mahfudz Termas), Wafat


"Gamane wong urip iku ono loro: ilmu lan taqwa/bekal untuk orang hidup itu ada dua, yaitu ilmu dan taqwa". Begitulah pesan Mbah Umar Syahid yang selalu disampaikan.

Beliau merupakan ulama' sepuh berusia panjang yang sangat dihormati di kalangan warga NU, utamanya di Pacitan, Jawa Timur. Ulama yang lebih mendahulukan kepentingan umat daripada dirinya sendiri sangat disegani karena tidak pernah mengejar kenikmatan dunia.

Kalau sowan ke ndalem beliau, para tamu senantiasa diminta untuk makan nasi dan lauk pauk yang memang selalu disiapkan oleh keluarga atas kehendak Mbah Umar.

Saat jamaah menjenguk beliau ke rumah sakit, ada sedikit rona kesedihan dari wajahnya, sebelum beliau kembali cerah. Dalam sakitnya, beliau minta maaf kepada seluruh penjenguk, karena tidak bisa menyuguhkan nasi sebagaimana yang dilakukan ketika berada di rumah. Dalam sakitnya pun, beliau tidak lepas memikirkan kondisi bangsa ini. Ada semacam kesedihan yang mendalam ketika beliau merasakan keberadaan bangsa ini yang tak kunjung menjadi baik.

Kaum Muslimin menyebut atau menggelari beliau sebagai salah satu kiai yang loman. Di saat orang-orang berebut memperoleh timbunan-timbunan harta dunia, beliau malah berbuat sebaliknya. Tanpa merasa ragu, tanahnya dihibahkan kepada Dinas Pendidikan Pacitan untuk dibangun gedung sekolah.

Beberapa hal yang juga mengagumkan adalah sikap istiqomah beliau dalam khidmat sekaligus sikap tawadhu' beliau terhadap guru dan pondok pesantren. Kami pernah mendengar beliau menyampaikan, "aku iki kur buntut, sirahe iku Tremas" (saya ini cuma ekor, kepalanya ituTremas) maksudnya adalah Syeikh Mahfud At-Turmusi. Selain itu, cintanya kepada NU dan shalawat juga luar biasa .

Setiap kali Jam'iyah Nahdhatul Ulama' atau pesantren mengadakan acara shalawatan, maka beliau tidak pernah absen. Beliau selalu rawuh. Meskipun jarak tempuh dari ndalem beliau sangat jauh dan dengan usia beliau sudah semakin sepuh, tentu kekuatan fisiknya pun telah berkurang. Namun itu tak menjadi penghalang bagi beliau.

Kini, beliau telah kembali ke sang pemilik keabadian. Semoga Allah SWT menempatkan beliau ditempat yang paling indah disisiNYA. Aamiin. Lahul Al-Faatihah! [Dian Umbara Tegal/ canu_jatim]

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/innalillahi-mbah-umar-syahid-murid-syeikh-mahfudz-termas-wafat.html

Minggu, 16 Oktober 2016

Muslimat Kembangkan SDM Melalui Program PADU

Jakarta, Dian Umbara Tegal. Muslimat NU berusaha turut serta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui program Pendidikan Andak Dini Usia (PADU). Program ini terlaksana berkat kerjasama dengan departemen pendidikan nasional dan melibatkan banyak organisasi wanita dan perlindungan anak.

PADU ini penting dirasa karena kondisi kualias masyarakat Indonesia tidak tertangani dengan baik sejak masa-masa emas, mungkin juga karena keadaan dan mungkin juga karena ketidak tahuan, ungkap Ny Tosari Wijaya dalam acara pertemuan forum PADU di Gd. PBNU (29/04).

Dalam hal ini Muslimat membantu melakukan sosialisasi, pelatihan, dan pelayanan dengan seluruh fasilitas yang dimiliknya seperti 7000 TK, play group Taman Pendidikan al Quran dan lainnya.

Karena sebagian besar anggota Muslimat berada di pedesaan, maka perlu pendekatan yang sesuai untuk melakukan sosialisasi. ini disebabkan masyarakat desa kurang percaya pada pembawa ide-ide baru yang belum dikenal dan akrab dengan mereka.

Muslimat Kembangkan SDM Melalui Program PADU (Sumber Gambar : Nu Online)
Muslimat Kembangkan SDM Melalui Program PADU (Sumber Gambar : Nu Online)


Muslimat Kembangkan SDM Melalui Program PADU

Dalam hal ini, program yang dijalankan oleh Muslimat dimulai sejak pendidikan remaja pra nikah dengan pemberian pemahaman tentang fungsi, tugas, dan kewajiban mereka baik sebagai suami istri dan orang tua yang kelak harus dilaksanakannya dengan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan dan agama. Karena merekalah yang akan meneruskan generasi dengan melahirkan keturunan-keturunan yang sholeh sebagai amanat dan karunia dari Alah, tegasnya.

Selanjutnya juga diinformasikan tentang pentingnya penyuluhan pada ibu hamil melalu pengajian tentang gizi, kesehatan sebagai amal ibadah untuk mendukung upaya permohonan anak sholeh. Muslimat juga mendukung pelayanan ibu hamil melalui layanan kesehatan Muslimat.

Tahap selanjutnya adalah pendidikan anak dari usia 0 sampai 6 tahun atau usia pra sekolah melalui play group, TK, taman pendidikan al Quran, madrasah diniyah dan pengajian tradisional dan pondok pesantren kecil.

Dian Umbara Tegal

Dilatarbelakangi oleh keyataan bahwa 60 70 persen anak Indonesia dibawah lima tahun kekurangan vitamin A maka Muslimat bekerjasama dengan HKI dan Departemen Kesehatan melaksanakan program vitamin A melalui TK yang dimilikinya. Dalam hal ini telah dilakukan ujicoba di daerah Pekalongan dan Jepara dengan target melatih 50 motivator dan pemberian kapsul vitamin A pada 2500 anak.

Muslimat juga telah bekerjasama dengan puskesmas untuk melakukan program usaha kesehatan taman kanak-kanan di daerah Pekalongan, Ponorogo dan Purwakarta.

Forum yang dihadiri sekitar 125 orang tersebut merupakan pertemuan rutin yang diselenggarakan tiap tiga bulan sekali untuk mengevaluasi seberapa jauh perkembangan dari program yang dilaksanakan oleh berbagai lembaga pendukung.(mkf)

Dian Umbara Tegal

Dari (Warta) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/2994/muslimat-kembangkan-sdm-melalui-program-padu

Dian Umbara Tegal

Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok

Dian Umbara Tegal - Di daerah Tanjung Priok pada tahun 1996, ada 3 orang preman yang kerjaannya cuma memalak setiap kendaraan truck kontainer yang hendak masuk pelabuhan. Setelah itu mereka akan menggunakan uang hasil palakannya itu untuk mabuk-mabukkan, main perempuan atau berjudi. Hingga pada suatu hari datanglah seorang pria mengenalkan dirinya bernama Gus Miek. Lantas pria itu berbicara kesana-kemari tentang banyak hal, mulai dari masalah politik, ekonomi hingga menyentuh masalah agama.

Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok - Dian Umbara Tegal
Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok - Dian Umbara Tegal


Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok

Begitu lembut dan inteleknya pria itu berbicara, hingga akhirnya ketiga preman ini tertarik dan mulai suka dengannya. Apalagi pria itu orangnya asyik diajak gaul ala preman dan suka traktir makan, minum dan rokok.

Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok - Dian Umbara Tegal
Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok - Dian Umbara Tegal


Kisah Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok

Hingga akhirnya masuk waktu shalat Dzuhur, lantas Gus Miek mengajak ketiga preman itu untuk ikut shalat. Pada mulanya mereka menolak, tapi Gus Miek merayunya dengan iming-iming barangsiapa yang mau shalat dengannya, maka akan dikasih uang Rp. 50.000. Maka walaupun terpaksa akhirnya ketiga preman ini mau ikut shalat di belakang Gus Miek, tentu saja niatnya demi mendapat uang.

Begitulah setiap waktu shalat, pasti mereka shalat berjamaah bersama teman barunya, Gus Miek. Kejadian ini berlangsung hingga 3 bulan lamanya. Hingga pada akhirnya ada kesadaran tersendiri bagi tiga preman itu untuk shalat, apalagi Gus Miek juga mengajarkan masalah agama yang selama ini belum pernah mereka dengar.

Dan memasuki bulan ke-4, Gus Miek sudah tidak menemui 3 preman tersebut. Tentu saja mereka kalang kabut, karena sudah terbiasa shalat berjamaah bersama Gus Miek. Mulai ada kerinduan dari ketiga preman itu akan sosok pria misterius yang selama ini selalu mengajak mereka kepada kebaikan dan mengajarkan mereka tentang masalah agama.

Rupanya tingkah mereka menarik perhatian Ustadz Suhaimi yang ketika itu baru pulang dari acara Maulid di Masjid Luar Batang. Lalu sang ustadz menghampiri mereka di teras masjid dan menanyakan banyak hal. Kemudian 3 preman itu bercerita tentang perjumpaan mereka dengan seorang pria misterius yang membuat mereka akhirnya mulai mendalami masalah agama.

Betapa kagetnya Ustadz Suhaimi ketika mendengar nama Gus Miek disebut oleh mereka. Lantas sang ustadz yang saat itu membawa buku saku tentang Dzikrul Ghofilin memperlihatkan foto seorang ulama kepada ketiga preman itu:

“Apakah pria misterius itu seperti orang ini?”

Dengan nada heran, preman itu menjawab: “Iya benar. Apakah Ustadz kenal dengan dia?”

Ustadz Suhaimi menjawab: “Bukan kenal lagi, ini guru saya. Beliau seorang ulama besar yang merupakan seorang waliyullah. Dan beliau sudah wafat 3 tahun yang lalu.”

Seperti tersambar petir, terkejut bukan kepalang tiga preman ini mendengar penjelasan Ustadz Suhaimi. Jadi selama ini mereka mendapat pencerahan dari seorang ulama besar, waliyullah masyhur, yang sudah lama wafat. Menangislah mereka sambil menciumi tangan Ustadz Suhaimi sambil menyatakan keinginan mereka untuk bertaubat dan meminta beliau mau mengajari mereka tentang masalah agama.

Akhirya sang ustadz pun menyanggupinya dengan berurai air mata. Kisah ini mengandung pelajaran bahwa Allah memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Dan juga mengajarkan bahwa para wali Allah itu tiadalah bagi mereka mati, jasad boleh mati tapi dakwah mereka akan tetap hidup kapan pun dan di manapun. Dian Umbara Tegal

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/02/kisah-gus-miek-dan-tiga-preman-tanjung.html

Kang Said: Dakwah Wali Songo Utuh

Jakarta, Dian Umbara Tegal. Islamisasi di Nusantara yang dilakukan Wali Songo tidak hanya pada wilayah aqidah, akhlak dan syariat. Lebih dari itu, dakwah Wali Songo juga masuk pada wilayah sosial dan budaya.

Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Pesantren Atstsaqafah, Ciganjur, Jakarta, Sabtu (14/6).

Kang Said: Dakwah Wali Songo Utuh (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said: Dakwah Wali Songo Utuh (Sumber Gambar : Nu Online)


Kang Said: Dakwah Wali Songo Utuh

"Harus dipahami bahwa metode dakwah Wali Songo itu gabungan antara syariat, hidayah, hakikat, syariat, akhlak, tasawuf, jadi utuh. Dakwahnya itu utuh walaupun kelihatannya sederhana," papar kiai yang akrab disapa Kang Said itu.

Dian Umbara Tegal

Menurutnya, bukti bahwa dakwah Wali Songo masuk pada ranah sosial dan budaya adalah adanya akulturasi dan asimilasi budaya pra-Islam dengan Islam. Para wali menggunakan jalan budaya, sosial, politik, ekonomi, mistik dan sebagainya untuk menyukseskan dakwahnya.

"Ini yang menjadikan Islam abadi ya begini ini, (Islam) disatukan dengan bahasa, disatukan dengan budaya, disatukan dengan tradisi. Maka, selama bahasa itu ada, tradisi itu ada, budaya itu ada, ya selama itu juga Islam masih ada," tegas kiai asal Cirebon itu

Dian Umbara Tegal

Kang Said menjelaskan, jika dakwah Islam dilakukan dengan cara-cara kekerasan, orang akan masuk Islam dengan perasaan terpaksa karena jiwanya merasa terancam dan ketika dirinya sudah merasa aman dari ancaman itu, maka dia pasti akan melepaskan keislamannya. (Aiz Luthfi/Mahbib)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/52669/kang-said-dakwah-wali-songo-utuh

Dian Umbara Tegal

Jumat, 14 Oktober 2016

PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah

Jakarta, Dian Umbara Tegal. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mempertanyakan dasar pemberhalaan praktik ziarah kubur di makam para wali. Dengan menyebut makam wali sebagai berhala, Ditjen Pendis Kemenag dalam buku guru SKI Kelas VII MTs Kurikulum 2013 sudah seharusnya mempertanggungjawabkan pijakan argumentasinya.

Rais Syuriyah PBNU KH Saifuddin Amsir meminta Kemenag mengeluarkan klarifikasi dan pernyataan permohonan maaf secara terbuka atas keteledorannya.

PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah (Sumber Gambar : Nu Online)


PBNU Kecam Penghinaan Tradisi Ziarah di Kurikulum Madrasah

Di mana letak pemberhalaan ziarah kubur? Kiai Saifuddin menuntut penjelasan Kemenag, Rabu (17/9) pagi.

Dian Umbara Tegal

Orang-orang yang berziarah ke makam orang tuanya, para guru dan kiai, orang-orang saleh, para wali hingga makam Rasulullah Saw, hakikatnya mengikuti perintah Rasulullah sendiri. Kiai Saifuddin menyitir hadits Nabi Muhammad Saw, Ala fazuruha. Liannaha tudzakkirukumul mauta (Ingat, berziarahlah. Karena, ziarah kubur itu akan mengingatkanmu pada kematian).

Dian Umbara Tegal

Jadi kalau Nabi yang menyuruh orang ziarah untuk mengingat kematian, kok malah disamakan dengan penyembahan berhala? Musyrik? Apanya yang musyrik? Yang musyrik itu orang yang mempertahankan sesuatu selain Allah, kata Rais Syuriyah PBNU yang aktif mengajar kitab kuning di puluhan masjid di Jakarta kepada Dian Umbara Tegal.

Kiai Saifuddin menantang pihak Kemenag untuk musyawarah perihal argumentasi pernyataan itu. Saya pengen banget lihat tampang orang Kemenag yang sok-sok begitu, yang ngomongnya ngaco. Kalau mereka bisa meruntuhkan argumentasi kesunahan ziarah kubur, saya akan membayar mereka. (Alhafiz K)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/54531/pbnu-kecam-penghinaan-tradisi-ziarah-di-kurikulum-madrasah

Dian Umbara Tegal

Selasa, 27 September 2016

Katib Syuriyah NU Jember: Generasi Qurani Aset Terbesar Orangtua

Jember, Dian Umbara Tegal. Katib Syuriyah NU Jember, Harisudin menyatakan pentingnya generasi Qurani di tengah-tengah masyarakat. Menurut dosen Pascasarjana IAIN Jember tersebut, umat Islam perlu menyiapkan generasi Qurani, yaitu generasi anak-anak yang mencintai Al-Quran.

Kita ini diperintahkan untuk mendidik anak-anak kita dengan membaca Al-Quran (tilawatul quran). Membaca Al-Quran ini akan lebih cepat dilakukan jika anak-anak sudah mencintai Al-Quran. Karena kita dukung syiar Islam dalam bentuk apapun agar anak-anak kita menjadi senang dan cinta pada kitab suci Al-Quran ini, kata Harisudin di hadapan peserta Haflatul Imtihan, TPQ al-Hamid Tanggul Wetan Jember, Sabtu, (28/5).

Katib Syuriyah NU Jember: Generasi Qurani Aset Terbesar Orangtua (Sumber Gambar : Nu Online)
Katib Syuriyah NU Jember: Generasi Qurani Aset Terbesar Orangtua (Sumber Gambar : Nu Online)


Katib Syuriyah NU Jember: Generasi Qurani Aset Terbesar Orangtua

Harisudin menekankan anak-anak yang bisa membaca Al-Quran akan menjadi aset orang tua. Anak-anak ini adalah aset kita. Nanti kelak di hari kiamat, anak-anak ini akan menyelamatkan orangtuanya jika orangtuanya berada di neraka. Maka, kita sebagai orangtua, jangan pernah berhitung dengan pengeluaran untuk mendidik agama anak-anak tersebut. Jangan sampai modal untuk sekolah umum lebih mahal daripada modal untuk pendidikan agama anak, tukas Harisudin yang juga Wakil Ketua PW LTN NU Jawa Timur tersebut.

Harisudin juga mengingatkan kepada wali murid untuk terus mengarahkan anak-anaknya dalam proses belajar.

Dian Umbara Tegal

"Anak-anak kita harus dididik lebih tinggi. Jangan kalau sudah selesai belajar Al-Quran terus berhenti, tapi harus ditindaklanjuti dengan belajar agama Islam yang lain. Membaca Al-Quran harus diteruskan belajar ilmu tafsir, ilmu asbabun nuzul, ilmu balaghah, ilmu bayan, dan sebagainya. Karena itu, anak-anak kita ini harus terus belajar. Syukur-syukur diteruskan ke pondok pesantren, kata pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember ini mengakhiri ceramahnya. (Anwari/Zunus)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/68611/katib-syuriyah-nu-jember-generasi-qurani-aset-terbesar-orangtua

Dian Umbara Tegal

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Dian Umbara Tegal sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Dian Umbara Tegal. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Dian Umbara Tegal dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock